Monday, January 11, 2016

THE FAIRYTALE OF LIFE


“Mau aku ceritain dongeng ngga?”

Pacar saya tiba-tiba bertanya di sela-sela obrolan malam kami. Seperti yang sudah-sudah, dongeng yang dimaksud biasanya berkisaran pada jokes-jokes lawas yang level lucunya segitu-gitu saja. Jadi saya pun sudah mulai menyiapkan diri untuk mendengarkan dia bercerita, agar ketika ceritanya sudah sampai ending, saya tidak menjadi terlalu speechless.

Lalu mulailah dia bercerita.

Jadi di suatu tempat ada sekolah yang hanya memiliki tiga kelas, nama sekolah ini  adalah KEHIDUPAN. Tiga kelas yang ada di Sekolah Kehidupan ini punya nama masing-masing. Kelas pertama namanya PERGAULAN, kelas kedua KEDEWASAAN, dan kelas ketiga adalah HUBUNGAN. Di kelas hubungan ini, muridnya paling sedikit, cuma ada lima orang aja. Murid pertama itu orangnya paling malu-malu, namanya Rindu. Murid kedua itu pokoknya yang paling jutek dan cuek, namanya Benci. Terus yang ketiga itu adalah murid yang selalu peduli dan mau membantu orang lain, namanya adalah Kasih. Nah yang keempat ini orangnya selalu setia, namanya  Sayang. Terus yang terakhir adalah murid yang paling perfect, dia pintar, baik hati, setia, penuh perhatian juga, namanya adalah Cinta.

Suatu hari, seorang guru mengajar di kelas hubungan, lalu dia panggil nama muridnya satu per satu.

“Rindu?” tanya sang guru.
“Rindu hadir Bu,”

“Benci?”
“Benci juga hadir Bu,” jawab Benci.

“Kasih?”
“Kasih tidak hadir Bu,” jawab Rindu.
“Lho dia kemana?” tanya sang guru lagi.
“Tidak tahu Bu,”

“Oke, lalu Sayang?”
“Sayang tidak hadir juga Bu,”
“Wah ada yang tahu Sayang kemana?”
“Tidak tahu Bu,”

“Cinta? Cinta hadir kan?” tanya sang guru.
“Cinta tidak hadir Bu,” ujar Benci.
“Cinta juga tidak hadir? Ada yang tahu kenapa Cinta tidak hadir?” tanya sang guru lagi.

“Cinta tidak akan hadir kalau tidak ada kasih dan sayang Bu,” jawab Rindu.

“Hmm begitu ya. Kalau begitu kelas ini tidak bisa kita mulai anak-anak,”

“Lho kok gitu Bu?”

“Iya anak-anak, kelas ini tidak bisa kita mulai karena hubungan tidak akan bisa dimulai jika di situ tidak ada kasih, sayang, dan yang paling penting cinta,” ujar sang guru mengakhiri kelas hari itu.

Saya speechless.
Kali ini dongengnya ternyata tidak garing. Entah ia sadar atau tidak, tapi dongeng yang dia ceritakan kali ini benar-benar mendalam. Selesai dia bercerita, saya tidak sanggup berkata apa-apa, jadi saya hanya diam sambil memeluknya.

"Kenapa?" tanya pacar saya.

"I love you," hanya itu jawaban yang bisa keluar dari mulut saya.

0 comments:

Post a Comment